Tenis Indonesia boleh dibilang mencapai puncaknya di tahun 1990-an. Kala itu, petenis kebangggan Indonesia Yayuk Basuki mampu mencuri perhatian setelah lolos ke babak perempatfinal di ajang Wimbledon 1997. Tak cuma itu, Yayuk juga pernah menembus peringkat belasan dunia di nomor tunggal putri.
Selepas Yayuk, Indonesia masih mempunyai dua petenis andalan dalam diri Wynne Prakusya dan Angelique Widjaja. Wynne meraih prestasi terbaik dengan menempati peringkat tertinggi 79 pada bulan Agustus tahun 2002.
Sementara itu, Anggie yang mampu tampil bagus saat di level junior dengan memenangi gelar tunggal putri Wimbledon junior tahun 2001 dan ganda putri di Australia terbuka setahun setelahnya. Anggie sempat menembus posisi 55 dunia pada Maret 2003.
Di sela-sela acara peluncuran WTA Championships di Singapura, Allaster memberikan saran untuk mencetak petenis putri Indonesia yang berprestasi. Pembinaan pemain sejak usia dini menjadi kuncinya.
"Tenis bukanlah olahraga yang mudah, berbeda dengan sepakbola di mana seseorang bisa memainkannya dengan gampang. Untuk bisa mahir, seseorang harus berlatih keras terlebih dulu dalam waktu yang cukup lama," ungkap Allaster kepada beberapa jurnalis dari Indonesia, termasuk detikSport, yang hadir ke Art Science Museum, Marina Bay, Singapura, Senin (27/1/2013), atas undangan Singapore Tourism Board.
"Oleh karena itu kami mempunyai program untuk mendidik pemain muda sejak berusia di bawah 10 tahun. Agar mereka tertarik bermain tenis, maka penting untuk bisa membuat mereka bisa bermain tenis dengan senang hati."
"Tapi, agar pembinaan bisa berjalan dengan baik komitmen dari pemerintah sangatlah diperlukan," imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar