Jumat, 29 November 2013
KISAH EVAN DIMAS
Evan Dimas adalah kapten Timnas Indonesia U-19. Siapa sangka bahwa awalnya Ia hidup di keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang petugas keamanan. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Dulu Ibunya juga pernah menjadi pengurus urusan rumah tangga. Evan Dimas adalah anak pertama di keluarganya. Ia memiliki 2 adik. Sebagai seorang kakak, Evan harus tetap mengurus kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD dan yang belum sekolah. Walaupun kondisi keluarganya yang pas-pasan tidak menyurutkan semangatnya menjadi seorang pemain sepakbola.
Ibunda Evan ingat benar saat Evan Dimas meminta dibelikan sepatu sepakbola. Saat itu Evan masih berumur 9 tahun. Permintaannya itu membuat orangtuanya kebingungan. Saat itu ayahnya hanya bekerja sebagai tukang sayur dan ibunya hanyalah ibu rumah tangga biasa.
Demi anaknya, Ibu Evan membelikan sepatu sepakbola pertamanya dengan uang dari hasil ayahnya yang berjualan sayur keliling selama satu hari. Evan mengaku bahwa sesungguhnya sepatu yang dibelikan ibunya tersebut ukurannya sedikit kebesaran. Ia mengatakan bahwa sepatu pertamanya tersebut hanya seharga Rp. 20.000. Sepatu tersebut hanya bertahan sampai 3 minggu sampai akhirnya rusak.
Suatu saat Evan pernah pergi latihan. Ibunya meminjam motor kepada temannya untuk mengantar Evan pergi latihan. Lalu teman-teman Evan mengejeknya karena Ia meminjam motor. Tetapi Evan membela ibunya. Walaupun diejek oleh temannya, Ia tidak menyerah begitu saja tetapi Ia tetap bersemangat dalam menekuni latihan sepakbolanya.
Evan juga kerap kali merasa iri dengan temannya yang dapat membeli sepatu baru. Tetapi Ia sadar bahwa ibunya tidak sanggup membeli sepatu baru . Walaupun tidak dapat mengganti sepatu baru, Ia tetap bersemangat. Ia tidak menyurutkan semangatnya sama sekali. Evan mengaku, awalnya ia menekuni sepakbola saat kelas 4 SD. Ia sempat menimba ilmu di SSB Sasana Bhakti. Kemampuannya semakin terasah, saat Ia bergabung dengan SSB Mitra Surabaya pada tahun 2007. Saat itu Evan berusia 12 tahun.
Di lapangan Evan berperan sebagai gelandang. Walaupun badannya yang mungil, Kemampuannya menguasai bola sangat hebat. Ia memiliki tenaga yang sangat kuat. Ia memiliki semangat yang sangat besar demi kemenangan tim yang Ia bela. Tapi ada satu kelemahannya, yaitu Kontrol Emosi. Sebagai seorang pemuda Ia masih sulit mengontrol emosinya saat bertanding.
Walaupun begitu banyak rintangan yang Ia hadapi, Ia tidak menyerah. Dengan semangatnya tersebut, kini Ia menjadi bintang di dunia sepakbola di Indonesia. Kesimpulannya adalah bahwa untuk mendapatkan sesuatu harus ada perjuangan dan juga semangat pantang menyerah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar